ANALISIS KETERGANTUNGAN NEGARA PHERIPHERY TERHADAP NEGARA CORE : Studi Kasus : Ketrgantungan Indonesia Terhadap Negara Maju (Core)
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
Suatu negara memiliki
kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang masih bergantung pada negara
lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah
mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi
sosial ekonominya.
Suatu negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada
keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara
digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian
pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai
negara maju jika negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian
pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan
telah dapat terwujud, baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik.
Seperti yang telah
diketahui bahwa negara-negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, Prancis
ataupun Jerman disebut sebagai negara maju. Kemajuan negara-negara tersebut
dapat dilihat dari banyaknya kota-kota metropolitan yang dicirikan dengan
kondisi fisik berupa banyaknya bangunan atau gedung-gedung tinggi sebagai
kawasan industri dan perkantoran. Hal tersebut dikarenakan mayoritas negara
maju perekonomiannya bertumpu pada sektor industri, jasa dan perdagangan.
Adapun negara-negara seperti Afrika Selatan, India, Pakistan, Laos, Malaysia,
dan termasuk negara Indonesia disebut negara berkembang. Negara berkembang pada
umumnya bercorak agraris, karena masih banyak ditemui lahan pertanian yang luas
dan suburB. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
- Apa penyebab ketergantungan Indonesia pada negara maju?.
Berikut literatur
riview yang ditulis dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh LP3ES (1990)
240-248. Tulisan ini merupakan buku yang ditulis oleh Mohtar Mas’oed berjudul “
Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi)”.
1. Teori dependencia bisa diringkas sebagai berikut :
1. Teori dependencia bisa diringkas sebagai berikut :
Penestrasi asing dan
ketergantungan ekternal yang menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran dalam
struktural ekonomi “pinggriran” (periphery), yang pada gilirannya menimbulkan
konflik sosial yang gawat dan akhirnya moendorong timbulnya penindasan negara
terhadap rakyat dimasyarakat yang tergantung itu. Hampir semua negara dunia
ketiga sekarang mengalami penestresi mendalam oleh dan sangat tergantung pada,
negara-negara industri maju (atau negara-negara “pusat”) dan terutama ekonomi
dunia, penestrasi itu bisa melalui berbagai cara, ekonomi, politik dan kultur,
dan pada berbagai periode perkembangan suatu negara.
Teoritisi dependencia menginterprestasikan fenomena pembangunan yang mengalami
distorsi itu secara khas, Pertama, mereka membandingkan pola perkembangan ini
dengan suatu model ekonomi yang tumbuh lambat tetapi merata, berimbang,
terintegrasi dan homogen. (Sebenarnya, banyak dari distorsi ekonomi yang
sekarang terjadi di negara-negara pinggiran juga dialami Eropa abad ke-19).
Kedua, merekaberpendapat bahwa distorsi dalam perkembangan negara-negara
pinggiran itu adalah akibat dari ketergantungan dan penetrasi yang telah
disampaikan diatas. Dan memang ada bukti yang menunjukan korelasi positif
antara penetrasi asing dengan distorsi perkembangan negara pinggiran itu.
Ketiga, ada yang paling penting bagi pengkaji politik internasional, teoritisi
dependencia itu mengaitkan penetrasi dan distorsi ekonomi itu dengan
distorsi-distorsi lain dalam sistem sosial dan politik negara pinggiran.
Demikianlah teoritisasi
dependencia menjelaskan timbulnya kemiskinan, ketimpangan, konflik dan represi
politik dinegara-negara dunia ketiga dengan mengkaitkannya dengan variabel eksternal,
yaitu penetrasi asing.
Adapun literatur riview yang
ditulis dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Cetakan II
(2009) 260-262. Tulisan ini merupakan buku yang ditulis oleh Robert Jackson dan
Georg Sorensen berjudul Penghantar Studi Hubungan Internasional.
Teori Ketergantungan tentang
keterbelakangan
Teori Ketergantungan
membentuk pembangunan negara berkembang/pinggiran (pheriphery) atau dunia
ketiga. Keterbelakangan disebabkan oleh faktor eksternal negara-negara miskin.
Negara-negara berkembeng atau dunia ketiga didominasi oleh keuntungan asing
yang berasal dari negara-negara maju barat. keterbelakangan bukan fase “
masyarakat tradisional” yang dialami oleh semua negara. baik pembangunan maupun
keterbelakangan adalah hasil dari proses tunggal pembangunan kapitalis global.
Keterbelakangan disebabkan
oleh kekuatan eksternal, khususnya ekonomi; kekuatan ini dihasilkan dalam
struktur sosial yang timpang dan berubah didalam negara-negara Dunia Ketiga.
Untuk menanggulangi keterbelakangan, pemutusan hubungan dari dominasi eksternal
diperlukan.
A. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori :
1. Teori Dependensia
Salah satu asumsi dasar yang
di kemukakan Andre Gunder Frank dalam teori dependensia adalah adanya interaksi
Negara metropolis (Core) akan berkembang cepat sedangkan Negara satelit
(Pheryphery) akan semakin terbelakang. Negara-negara pinggiran atau satelit ini
dijadikan daerah koloni dari negara-negara kapitalis yang berfungsi sebagai
penyedia raw material bagi kebutuhan industrinya. Dan akhirnya negara-negara
pinggiran ini akan menjadi konsumen bagi produk-produk industri negara-negara
kapitalis. Dan inilah yang menimbulkan struktur ketergantungan yang merupakan
penghambat utama dalam perkembangan pembangunan ekonomi di negara negara
pinggiran.
Pada dasarnya, pendekatan
ini juga masih mengacu pada ketergantungan negara berkembang atas negara maju.
Namun pendekatan dependency ini menilai bahwa ketergantungan ini terjadi akibat
negara berkembang yang kurang mampu untuk bersaing dengan negara maju. Sistem
kapitalisme dan eksploitasi menjadi salah satu penyebab ketergantungan ini
masih terus berlangsung. Kemudian yang terjadi selanjutnya ketergantungan
terhadap negara maju ini menyebabkan negara berkembang kehilangan kontrol
terhadap perekonomian dalam negerinya sendiri. Sehingga diperlukan sebuah
solusi sosialis serta revolusi nasionalis untuk menghindari dampak yang lebih
buruk dari ketergantungan ini. Namun, Gilpin menilai bahwa pendekatan
dependency ini tidak dapat dijadikan acuan utama. Sebab, pendekatan ini hanya
melihat dari sisi negara berkembang saja tanpa melihat dan membandingkan dari
sisi negara maju.
Teori dependensia sesuai
dengan namanya berusaha menjelaskan tentang ketergantungan. Dalam hubungan
ketergantungan tersebut ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak dominan dan
pihak bergantung (dependen). Frank mengelompokkan negara-negara didunia ini
atas dua kelompok yaitu negara metroplis maju dan negara-negara satelit yang
terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank sebagai
Metropolis-satelite relationsip. Sementara fokus hubungan ketergantungan dalam
model Frank adalah bangsa-bangsa dan hubungan antar bangsa-bangsa, ruang
lingkup teorinya adalah sistem kapitalis dunia. Dalam model yang dikembangkan
Frank, tiap titik dalam rantai metropolis-satelit, struktur rantai menciptakan
kepentingan objektif tertentu, dan yang paling penting adalah kepentingan dalam
mengontrol hubungan monopoli pada tiap titik di rantai hubungan tersebut demi
memperoleh manfaat dari extractive power yang ada pada posisi tersebut. Menurut
Frank keterbelakangan dinegara-negara satelit hanya bisa dipahami dengan
mengetahui kondisi awal, khuluk dan perkembangan dari kapitalisme.
Menuruf Andre Gunder Frank
hubungan ketergantungan, dan hubungan metroplis- satelit dalam suatu sistem
kapitalisme dunia, dicirikan oleh sifat monopolistik dan ekstraktif. Metropolis
memiliki kontrol monopolistik atas hubungan ekonomi dan perdagangan di
negara-negara satelit. Dominasi monopolistik dalam suatu pasar jelas merupakan
sebuah posisi kekuasaan.
Posisi kekuasaan ini
memungkinkan negara-negara metropolis mengeruk surplus ekonomi dari
negara-negara satelit. Sebagai dampak dari dominasi metropolis tersebut,
negara-negara satelit tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan
ekonomi sendiri, melainkan tetap tergantung pada metropolis. Menurut Frank,
hubungan monopolistik dan ekstraktif pada awalnya dibentuk melaui kekuatan
senjata, dan setelah itu dilanjutkan melalui struktur ketergantungan dan
keterbelakangan.
Sehubungan dengan pola
hubungan antara negara –negara metropolis maju dan negara-negara satelit yang
terbelakang, Andre Gunder Frank membuat hipotesis :
- Dalam stuktur hubungan antara negara-negara metropolis maju dengan negara-negara satelit yang terbelakang, pihak metropolis akan berkembang dengan pesat sedangkan pihak satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan.
- Negara-negara miskin yang sekarang menjadi negara satelit, perekonomiannya dapat berkembang dan mampu mengembangkan industri yang otonom bila tidak terkait dengan metropolis dari kapitalis dunia, atau kaitannya sangat lemah.
- Kawasan-kawasan yang sekarang sangat terbelakang dan berada dalam situasi yang mirip dengan situasi dalam sistem feodal adalah kawasan-kawasan yang pada masa lalu memiliki kaitan yang kuat dengan metropolis dari sistem kapitalis internasional. Kawasan-Kawasan ini adalah kawasan penghasil ekspor bahan mentah primer yang terlantar akibat adanya hubungan perdagangan internasional.
Adanya hubungan
ketergantungan yang sifatnya asimetris ditunjukkan oleh hubungan antara
pihak-pihak yang tidak seimbang, disebabkan karena pembangunan-pembangunan
daerah satelit tergantung pada pembangunan metropolis. hubungan yang timpang
dan tidak seimbang ini juga disebabkan karena negara-negara metropolis memiliki
kekuasaan atas jalannya pembangunan di daerah-daerah satelit dan bukan
sebaliknya. Kunci hubungan ketergantungan dengan demikian adalah Kontrol.
Tegasnya metropolis memiliki kekuasaan lebih besar karena dapat megontrol
hubungan dengan satelit.
Bagi Andre Gunder frank
hubungan ketergantungan adalah hubungan eksploitatif dimana negara-negara
metropolis menghisap negara-negara satelit. Akibatnya metropolis akan semakin
maju sedangkan negara-negara satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan
tertinggal dan tidak berkembang. Frank pernah menyampaikan pendapatnya bahwa
alasan dari kegagalan negara pinggiran untuk maju seiring dengan negara
sentral. kegagalan ini disebabkan oleh adanya eksploitasi dan sistem ekonomi
kapitalisme yang dilakukan oleh negara sentral. Santos mengamsusikan bahwa
bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturanaturan perkembangannya sendiri, tipe
hubungan ekonomi yang dominan di negara sentral adalah kapitalisme sehingga
menyebabkan timbulnya usaha melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi
pada negara pinggiran merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh
ekspansi kapitalisme oleh negara sentral.
Teori dependensi menjelaskan
bagaimana timbulnya kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi dunia.
Keterbatasan sumber daya alam pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan
ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang dilakukan memberikan
dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang dialami oleh negara miskin.
Negara miskin akan selalu menjadi negara yang terbelakang dalam pembangunan
karena tidak dapat mandiri serta selalu tergantung dengan negara maju.
Konsep underdevelopment yang
dikemukakan oleh Andre Gunder Frank merujuk kepada satu situasi yang secara
fundamental berbeda dari undevelopment. Undevelopment merujuk kepada keadaan
yang mana sumber (di suantu negara) tidak digunakan. Sebagai contoh, penjajah
Eropa melihat benua Amerika Utara sebagai kawasan yang tidak maju karena
tanahnya tidak digunakan dalam skala yang konsisten dengan potensinya.
Adapun underdevelopment
merujuk kepada situasi yang mana sumber-sumber secara aktif digunakan, tetapi
digunakan melalui cara yang hanya menguntungkan negara-negara dominan dan
bukannya negara-negara miskin yang merupakan pemilik dari sumber-sumber
tersebut. Oleh karena itu, negara-negara miskin bakal tertinggal bila
dibandingkan dengan negara-negara kaya dan mereka miskin bukan karena
mengabaikan aspek transformasi ilmu pengetahuan, tetapi kemiskinan lebih
dikarenakan dipaksa memasuki sistem ekonomi internasional. Secara ringkas,
teori ketergantungan mencoba untuk menjelaskan situasi negara negara yang
keterbelakangan (underdeveloped) dengan menganalisis pola-pola interaksi di
berbagai negara dan dengan menjelaskan bahwa ketidak merataan di berbagai
negara adalah bagian dari adanya interaksi tersebut. Pada intinya apa yang
dikemukakan oleh Andre Gunder Frank dengan teori ketergantungannya (1980)
menegaskan bahwa underdevelopment adalah produk kapitalisme dengan mengkaitkan
kapitalisme kepada sistem dunia yang saling berkaitan.
Melalui monopoli dan
eksploitasi bahwa “mewujudnya keterbelakangan” (development of
underdevelopment) adalah proses yang sedang berjalan di Amerika Latin dan masih
belum berubah sejak penaklukan Spanyol dan Portugis pada abad ke-16. Lebih
lanjut Andre Gunder Frank berargumen bahwa ekonomi kapitalis dunia telah
menembus Amerika Latin dengan begitu mendalam sehingga tidak ada bagian benua
tersebut yang tidak “terjajah”. Ia memberikan contoh sektor pertanian di Brazil
yang telah berubah menjadi industri untuk ekspor. Gunder Frank juga merumuskan
apa yang dikenal dengan struktur model satelit-metroplis (a
metropolis-satelitte model) untuk menjelaskan bagaimana mekanisme
ketergantungan dan keterbelakangan Negara-negara Dunia Ketiga mewujud. Hubungan
satelit-metropolis pertama kali lahir di masa kolonial, ketika penjajah
membangun kota-kota di Negara Dunia Ketiga dengan maksud untuk memfasilitasi
proses pengambilan surplus ekonomi untuk negara Barat.
Hubungan metropolis-satelit
tidak hanya pada tingkat hubungan internasional saja, tetapi juga berlaku untuk
memahami hubungan regional dan lokal di dalam Negara Dunia Ketiga. Keseluruhan
rangkaian hubungan metropolis-satelit ini dibangun semata hanya untuk melakukan
pengambilan surplus ekonomi (bahan mentah, tambang, dagangan, laba, dsbnya)
dari kota di pedesaan Dunia Ketiga ke ibukota daerah yang lebih besar, ke kota
propinsi, dan selanjutnya ibukota nasional, dan yang terakhir ke kota-kota di
negara Barat.
Oleh karena itulah bagi
Gunder Frank proses pengambilan surplus ekonomi secara nasional dan global
serta terarah inilah yang menyebabkan keterbelakangan di Negara Dunia Ketiga.
Tidak hanya itu, Andre Gunder Frank juga melihat rantaian hubungan
metropolis-satelit ini telah terbentuk sejak abad ke-16 dan kalaupun ada
perubahan hanya dari segi bentuk eksploitasi dan penguasaan terhadap negara
satelit. Olehnya hal ini dinamakan sebagai satu prinsip kesinambungan di dalam
perubahan atau “continuity in change”. Namun demikian, pada teori Gunder Frank
ini ada tiga komponen utama yang harus diperhatikan, yaitu modal asing,
pemerintah lokal di negara-negara satelit, dan kaum borjuis. Berdasarkan tiga
komponen utama ini, ciri-ciri dari perkembangan kapitalisme satelit adalah ; a)
kehidupan ekonomi yang tergantung, b) terjadinya kerjasama antara modal asing dan
kelas-kelas yang berkuasa di negara-negara satelit, yaitu pejabat pemerintah,
tuan tanah dan pedagang, dan c) ketimpangan antara yang kaya dan miskin.
Singkatnya, bahwa teori
dependensi ini adalah penetrasi asing dan ketergantungan eksternal yang menyebabkan
timbulnya distorsi besar-besaran dalam struktur ekonomi suatu negara yang pada
akhirnya nmenimbulkan konflik sosial dan mendorong timbulnya penindasan negara
yang kuat terhadap negara yang lemah.
Penetrasi ekonomi ini bisa
melalui finansial maupun teknologi, namun dalam perkembangan ekonomi tahap
awal, cara yang paling umum yaitu melalui FDI (Foreign Direct Investment) dan
MNC (Multinational Coorporation) yang membuka atau menginvestasikan saham nya
pada negara-negara berkembang dan negara dunia ketiga. Dengan masuknya FDI dan
MNC pada suatu negara secara otomatis transfer teknologi pun terjadi
berdampingan dengan aliran finansial. Penetrasi politik dan budaya pun dapat
terjadi, melalui program televisi, buku, majalah, dan film. Hal ini masuk dalam
kategori “westernisasi”.
Di Indonesia sendiri teori
dependensi ini sudah ada sejak jaman Orde Baru (Orba), saat itu ditandai dengan
adanya penetrasi finansial, teknologi dan penetrasi poltik serta budaya.
Melalui penetrasi finansial, teori dependesi masuk dengan liberalisasi sektor
ekonomi yang ditandai dengan masuknya FDI dan MNC yang mulai beroperasi di
Indonesia dan penetrasi politik serta budaya juga telah dimasuki oleh budaya
asing khususnya budaya barat, baik itu melalui film, gaya hidup, bahan bacaan
dan lain-lain.
Sedangkan melalui penetrasi
teknologi dependensi masuk lewat transfer teknologi ke pihak Indonesia, baik
itu dalam perusahaan maupun lembaga-lembaga. contohnya yaitu masalah Mobil
Nasional Indonesia, hal ini dijadikan contoh klasik mengenai kemandirian dan
ketergantungan Indonesia terhadap negara asing yang sudah maju yang juga
merupakan contoh kuatnya pengaruh kapitalisme dunia yang banyak terdapat pada
negara dunia ketiga seperti Indonesia. Melalui PT. timor Putra Nusantara,
Indonesia mendatangkan sedan-sedan buatan KIA Motors, Korea, yang kemudian
dijadikan sebagai merek/brand Timor. Timor bisa dipasarkan dengan harga yang
relatif lebih murah dibanding kendaraan merek lain dikelasnya, karena
dibebaskan dari bea masuk sebagaimana yang dikenakan pada produk-produk impor
lainnya termasuk berbagai komponen kendaraan yang dirakit di Indonesia.
Contoh lain yang paling mencolok yaitu pada perusahaan minyak Indonesia, yang rela melepaskan kewenangannya mengolah dalam pengeboran minyak sendiri yang di alihkan kepada hak asing untuk mengekspolorasi kekayaan Inodnesia. bangsa ini hanya mendapatkan keuntungan yang jauh dibanding jika mengolahnya sendiri.
Contoh lain yang paling mencolok yaitu pada perusahaan minyak Indonesia, yang rela melepaskan kewenangannya mengolah dalam pengeboran minyak sendiri yang di alihkan kepada hak asing untuk mengekspolorasi kekayaan Inodnesia. bangsa ini hanya mendapatkan keuntungan yang jauh dibanding jika mengolahnya sendiri.
Hal itu dijadikan betapa
ketergantungannya Indonesia kepada negara-negara maju terutama dalam hal
finansial yang ditandai dengan masuknya FDI dan MNC yang justru memiliki
kekuasaan lebih besar dibanding Indonesia selaku pemilik “tanah” serta tranfer
teknologi yang di berikan pihak asing. Sebenarnya liberalisasi ekonomi akan
berjalan sekehendak bangsa ini jika bangsa ini dapat mengolahnya dengan benar,
bukannya keberpihakan pemerintah terhadap pihak asing yang berinvestasi di
Indonesia. Dependensi atau ketergantungan Indonesia terhadap negara maju tak
bisa dielakkan begitu saja, hal ini perlu mereformasi sistem dan kebijakan
pemerintah pada sektor ekonomi dan sektor lainnya sehingga ketergantungan
Indonesia terhadapa negara-negara maju dapat diminimalisir dan hasil dari
liberalisasi dapat dirasakan pula oleh masyarakatnya yang masih dalam “kerangkeng”
kemiskinan.
Pemanfaatan kekayaan alam
yang dimiliki Negara Indonesia belum mampu dioptimalkan. Sehingga Dalam
pemanfaatannya, negara Indonesia masih bekerja sama dengan negara maju dalam
mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Kerjasama dalam mengekploitasi
sumber daya alam di Negara Indonesia bisa kita lihat pada perusahaan Freeport
yang berada di Papua. Perusahaan ini adalah perusahaan pertambangan yang berada
di Papua/Irian Jaya, namun dalam eksploitasi pertambangannya Indonesia
bekerjasama dengan Amerika untuk mengelola hasil dari sumber daya alam
tersebut.dalam kenyataannya Amerika lebih mendominasi dalam urusan pengelolaan
pertambangan di perusahaan Freeport, tentu ini akan sangat menguntungkan bagi
pihak Amerika yang lebih dominan dan memiliki sifat monopolistic terhadap
Negara pinggiran (Indonesia) dalam kerja sama mengelola sumber daya alam. Di
sisi lain dengan adanya kerja sama dengan Amerika dalam mengelola sumberdaya
alam dapat merugikan bangsa Indonesia selain adanya ketergantungan terhadap
Negara maju juga menjadikan ekonomi Negara semakin melemah.
Adapun ketergantungan dan
jeratan yang sangat nyata ini, terlihat dari berbagai impor bahan primer
makanan dan energi, minyak dan gas, sehingga penggunaan dan pemanfaatan APBN
tidak efektif dan efisien. Dalam bidang ekonomi, keadilan ekonomi di pasar
modal tidak nampak, dan ini dapat dilihat dari kondisi saham-saham BUMN yang go
public namun rakyat Indonesia tidak merasakan manfaatnya.
Untuk hasil sumber daya alam
ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan karena belum memiliki
teknologi untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu, Negara Indonesia
masih mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.
Dalam teori dependencia Negara maju menguasai hubungan ekonomi dan perdagangan di Negara-negara satelit, sehinggaakan Negara maju dapat terus maju dan meningkatkan hasil produksinya untuk pembagunan di negaranya, sedangkan bagi Negara satelit akan semakin terbelakang, Karena hanya berfungsi sebagai penyedia bahan mentah bagi kebutuhan industri di Negara maju, yang nantinya dijual kembali ke Negara pinggiran dengan harga yang jauh lebih mahal.
Seperti yang di ungkapkan oleh Andre Gunder Frank dalam hipotesis yang ketiga bahwa Negara yang terbelakang adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat luas dan penghasil ekspor bahan mentah ke Negara maju atau Negara industri. Negara terbelakang ini bisa penulis contohkan adalah Negara Indonesia. Posisi Indonesia pada saat ini adalah negara pengekspor bahan mentah keluar negeri seperti: tambang, gas, minyak bumi, bahan baku industri (tekstil), bahan mentah sumber daya alam seperti kayu, hasil produksi pertanian, dan lain sebagainya. Kejadian ini akan menimbulkan beberapa hal seperti :
Dalam teori dependencia Negara maju menguasai hubungan ekonomi dan perdagangan di Negara-negara satelit, sehinggaakan Negara maju dapat terus maju dan meningkatkan hasil produksinya untuk pembagunan di negaranya, sedangkan bagi Negara satelit akan semakin terbelakang, Karena hanya berfungsi sebagai penyedia bahan mentah bagi kebutuhan industri di Negara maju, yang nantinya dijual kembali ke Negara pinggiran dengan harga yang jauh lebih mahal.
Seperti yang di ungkapkan oleh Andre Gunder Frank dalam hipotesis yang ketiga bahwa Negara yang terbelakang adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat luas dan penghasil ekspor bahan mentah ke Negara maju atau Negara industri. Negara terbelakang ini bisa penulis contohkan adalah Negara Indonesia. Posisi Indonesia pada saat ini adalah negara pengekspor bahan mentah keluar negeri seperti: tambang, gas, minyak bumi, bahan baku industri (tekstil), bahan mentah sumber daya alam seperti kayu, hasil produksi pertanian, dan lain sebagainya. Kejadian ini akan menimbulkan beberapa hal seperti :
- Ketersediaan bahan baku dan energi di Indonesia
- Tidak berkembangnya kemampuan mengolah bahan baku energi dan bahan baku industri.
- Ketergantungan dari pasar ekspor
Dari uraikan diatas maka
yang perlu kita ketahui adalah system ekonomi dan perdagangan saat ini
terintegrasi dalam satu institusi atau satu system kapitalisme. Jadi tidak
mungkin menilai dengan melepaskan konteks kapitalisme tersebut. Bagaimana
Negara ini bisa berkembang jika terjadi liberalisasi di pasar dalam negeri,
bagaimana bisa berkembang andaikata pemerintah memenuhi aturan WTO yang
mengharuskan mengimpor barang jadi dan mengekspor bahan mentah, pajak tinggi
untuk ekspor sementara harus menghapuskan pajak untuk serbuan ekspor barang jadi luar negri.
A. HIPOTESA
Penyebab akan ketergantungannya
Indonesia terhadap Negara maju adalah karena dalam pemanfaatan kekayaan alam
yang dimiliki Indonesia, Indonesia belum mampu mengoptimalkannmya. Sehingga
Dalam pemanfaatannya, negara Indonesia masih bekerja sama dengan negara maju
dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimilik.
B. METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
cara berfikir strukturalis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu metode
penelitian yang mengutamakan data yang berupa pernyataan, statement yang bersifat
kualitatif, bukan kuantitatif untuk dijadikan variabel pemahaman. Teknik
analisisnya secara deskripsi eksplanatoris yaitu menjelaskan dengan
menggambarkan suatu fenomena dengan fakta-fakta yang aktual. Kemudian
memberikan penjelasan yang obyektif menururt data dan fakta yang tersedia,
menghubungkan antar factor sebagai unit analisis, dan menginterpretasikannya
untuk mencapai kesimpulan. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan
data sekunder melalui study pustaka (Library Reaserch) dengan bahan pustaka
seperti buku, jurnal, bulletin, surat kabar, serta media internet untuk
memperoleh data yang lengkap, akurat, actual dan relevan
.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’oed, Mohtar. (1990).
Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES, Hal.
240-248
Jackson, Robert. and
Sorensen, G (2009). Penghantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, Hal. 260-262.
[Versi Elektronik]. Diakses
pada 23 Juni 2013 dari : http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/3063/public/3063-2966-1-PB.pdf
[Vesri Elektronik]. Diakses
pada 24 Juni 2013 dari http://www.pesantrenbudaya.com/?id=315
Iqbal, Muhammad. (2013). Hubungan Strukturalisme yang Saling Berkaitan dalam Marxisme
Iqbal, Muhammad. (2013). Hubungan Strukturalisme yang Saling Berkaitan dalam Marxisme
[Veri Elekronik]. Diakses
pada 24 Juni 2013 dari : http://muhammadiqbal_57-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-77454-Teori%20Hubungan%20Internasional-HUBUNGAN%20STRUKTURALISME%20YANG%20SALING%20BERKAITAN%20DALAM%20MARXISME.html
Ghulam, Ergy. (2012). Hubungan Interdependensi Core dan Periphery. [Veri Elektronik]. Diakses pada 25 Juni 2013 dari : http://ergy-g-h-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-46137-Ekonomi%20Politik%20Internasional-Hubungan%20Interdependensi%20Core%20dan%20Periphery.html
Ghulam, Ergy. (2012). Hubungan Interdependensi Core dan Periphery. [Veri Elektronik]. Diakses pada 25 Juni 2013 dari : http://ergy-g-h-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-46137-Ekonomi%20Politik%20Internasional-Hubungan%20Interdependensi%20Core%20dan%20Periphery.html
Comments
Post a Comment