BAB VI SISTEM MONETER INTERNASIONAL
A.
Sejarah sistem moneter internasional
Penentuan awal dimulainya sistem
moneter internasional memang terdapat perbedaan diantara para penulis. Gost,
Gulde da Wolf (2002) mengelompokkan sejarah sistem moneter internasional atas
enam periode yaitu:
- Periode standar emas (Gold Standard)
- Periode dismal (Dismal Period)
- Periode standar tukar emas (Gold Exchange Standard)
- Periode nasionalisme moneter (Monetary Nasionalism)
- Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods Sistem)
- Periode Setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)
Namun penulis lain (Copeland, 1989)
mengelompokkan berbagai periode sistem moneter internasional dalam empat
periode, yaitu:
- Periode standar emas (Gold Standar)
- Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods sistem)
- Periode setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)
Berikut ini akan dipaparkan
periodesasi sistem moneter internasional menurut Copeland. Pendapat Copeland
dipilih karena lebih sederhana dan mudah dipahami.
1. Periode
standar standar emas, 1870 – 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana
pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Karena
perkembangan industri dan perdagangan dunia yang berkembang pada abad 19 serta
diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem
standar emas dipakai oleh banyak negara hingga Perang Dunia I. Sistem
ini sangat penting bagi sebuah negara untuk mempertahankan cadangan emas yang
cukup untuk mendukung nilai mata uangnya. Sistem ini juga memiliki efek
secara implisit membatasi nilai tukar dimana masing-masing negara dapat
memperluas cadangan uangnya.
Standar emas berfungsi cukup baik
sampai meletusnya perang dunia I mengiterupsi aliran perdagangan dan pergerakan
emas secara bebas. Ini menyebabkan negara-negaradagang utama menghentikan
operasi standar emas.
2. Periode
sistem Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods
terbentuk dua badan internasional, yaitu International Bank for Recontruction
and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional. Sistem kurs valuta asing yang dipakai semula adalah kurs tetap
dan tidak memperbolehkan negara anggota melakukan pengawasan devisa (exchange
control) kecuali mengalami krisis moneter atau defisit neraca pembayaran yang
hebat.Pada masa tersebut dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu
lintas pembayaran internasional.
3. Periode
Setelah Bretton Woods, 1973 – saat ini
Sejak tahun 1973, sistem moneter
internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah.
Secara umum,dolar makin kurang stabil dan melemah sedikit dalam jangka panjang.
Dilain pihak , Yen Jepang dan Mark Jerman telah menguat. Mata uang dinegara yang
baru berkembang amat sangat tidak stabil dan pada umumnya melemah. Mata uang
beberapa negara besar berfluktuasi tergantung dari permintaan dan penawaran,
dan seringkali penguasa moneter negara tersebut melakukan campur tangan di
pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.
B. Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau
dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu
negara.
Neraca
pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja
suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan
satu lagi sebagai debit.
1.
Tujuan Neraca Pembayaran
Penyusunan
neraca pembayaran mempunyai beberapa tujuan, diantaranya sebagai berikut:
- Sebagai bahan keterangan kepada pemerintah mengenai posisi internasional negara yang bersangkutan.
- Sebagai bahan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan dibidang pilitik perdagangan dari urusan pembayarannya.
- Sebagai bahan untuk membantu pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang politik moneter dan fiskal.
2. Fungsi neraca pembayaran
- Mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi (ekspor/impor, hubungan uang piutang, penanaman modal)
- Mengambil kebijakan di bidang moneter dan fiscal.
- Mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadapa pendapatan nasional
- Mengambil kebijakan di bidang politik perdagangan internasional
- Mendapatkan gambaran tentang pengaruh transaksi luar negri terhadap pendapatan nasional
- Sebagai suatu alat pembukuan dan alat pembayaran luar negeri agar pemerintah dapat mengambil keputusan, apakah negara dapat melanjutkan masuknya barang-barang luar negeri dan dapat menyelesaikan pembayaran tepat pada waktunya.
- Sebagai suatu alat untuk mengukur keadaan perekonomian dalam hubungan internasional dari suatu negara.
3. Penggolongan Komponen Neraca
Pembayaran
Neraca pembayaran digolongkan
menjadi beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:
1.
Neraca Transaksi berjalan (Current Account)
Neraca
transaksi berjalan mencatat semua transaksi ekspor dan impor barang,
perbandingan nilai ekspor dan impor barang, pendapatan investasi, pembayaran
cicilan pokok utang luar negeri, serta saldo kiriman dan transfer uang dari
dank Ke luar negeri baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
2. Neraca Transaksi Modal
(Capital Account)
Neraca
transaksi modal mencatat nilai investasi langsung pihak swasta asing (Foreign
Ditect Invesdment), pinjaman luar negeri yang diberikan oleh perbanakan swasta
internasional, serta pinjamana dan hibah dari negraa laian atau lembaga-lembaga
donor seperti IMF dan bank dunia.
3.
Neraca Tunai (Cash Account) atau Neraca Internasional
Neraca tunai
pada dasarnmya hanyalah transaksi penyeimbang antara total pengeluaran yang ada
pada transaksi berjalan dengan transaksi modal melebihi total penerimaan.
4.
Sistem Pencatatan Neraca Pembayaran
Sistem
pencatatan dilakukan dengan menggunakan variabel debet dan kredit. Transaksi
yang dicatat di sebelah kredit disebut transaksi kredit dan transaksi yang
dicatat di sebelah debet disebut transaksi debet.
1. Transaksi Debet
Adalah
transaksi yang menyebakan terjadinya pembayaran kepada penduduk negara lain
atau transaksi yang menyebabkan arus uang keluar yang terjadi antar negara.
Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan
berkurangnya posisi cadangan devisa. Transaksi debet meliputi:
- impor barang dari negara lain, pembayaran jasa transfortasi, jasa asuransi, dan ongkos makelar kepada penduduk negara lain.
- pembayaran bunga dan deviden kepada penduduk negara lain.
- pemberian hadiah dan pengiriman uang kepada penduduk negara lain
- investasi jangka panjang yang ditanamkan oleh penduduk negara lain
- investasi jangka pendek yang ditanamkan oleh penduduk negara lain
- penduduk yang melakukan pembelian emas dari negara lain
- penduduk yang menabungkan uangnya di bank luar negeri
2.
Transaksi Kredit
Adalah
transaksi yang menyebabkan terjadinya penerimaan dari penduduk negara lain atau
transaksi yang menyebabkan arus uang masuk yang terjadi antarnegara. Transaksi
ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan
bertambahnya posisi cadangan devisa negara.. Transaski kredit meliputi:
- ekspor barang ke negara lain
- penerimaan jasa transfortasi, asurasni, ongkos makelar dari negara lain.
- penerimaan bunga dan deviden dari penduduk negara lain
- penerimaan hadiah dan kririman uang dari penduduk negara lain
- investasi jangka panjang yang ditanamkan oleh penduduk negara lain di dalam negeri
- investasi jangka pendek yang ditanamkan oleh penduduk negara lain di dalam negeri
- penjualan emas kepada penduduk dari negara lain
- penduduk negara lain yang menabungkan uangnya di bank dalam negeri
5. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Dalam
menganalisa keseimbangan neraca pembayaran, Anda dapat melakukannya dengan
menganalisis setiap komponen neraca pembayaran yang meliputi:
1.
Keseimbangan Transaksi Berjalan
Keseimbangan
transaksi berjalan merupakan keseimbangan yang dihitung dari transaksi barang,
jasa, hasil modal dan transaksi unilateral. Transaksi dinyatakan seimbang
apabila arus uang yang masuk sama besarnya dengan arus barang yang keluar dari
hasil transaksi barang, jasa, hasil modal dan transaksi unilateral yang terjadi
antarnegara.
2.
Keseimbangan Transaksi Modal
Keseimbangan
transaksi modal merupakan keseimbangan yang dihitung dari transaksi investasi
jangka panjang, investasi jangka pendek, pemindahan emas, dan transaksi
pengangkatan mata uang. Neraca transaksi modal dinyatakan seimbang bila arus
uang dan tabungan yang keluar sama besarnya dengan arus uang yang masuk dari
transaksi-transaksi tersebut yang terjadi antarnegara.
3. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Keseimbangan
Neraca Pembayaran merupakan keseimbangan yang terjadi akibat transaksi berjalan
dan transaksi modal. Keseimbangan neraca pembayaran akan terajdi bilamana arus
uang masuk yang terjadi akibat transaksi berjalan dan transaksi modal sama
besar dengan arus uang keluar dari transaksi tersebut di atas yang terjadi
antarnegara.
6. Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat disusun
dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut :
- Basic balance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito deposito bank yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek, perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada neraca pembayaran.
- Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
- Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca. Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungka.
C. Neraca Perdagangan
Neraca
perdagangan (balance of trade) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan antara nilai moneter antara ekspor dan impor. Neraca perdagangan
biasa disebut dengan ekspor netto. Neraca perdagangan yang positif berarti
negara tersebut mengalami ekspor yang nilai moneternya melebihi impor, dan
biasa disebut surplus perdagangan. Sementara itu jika neraca perdagangan
menunjukkan kondisi negatif artinya nilai moneter impor melebihi ekspor, dan
disebut sebagai defisit perdagangan. Bagi setiap negara tentunya kondisi
surplus lebih diharapkan.
Dengan
terjadinya surplus perdagangan berarti jumlah ekspor yang dilakukan oleh sebuah
negera lebih banyak dibandingkan impor. Kondisi ini berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kondisi ini telah mengakibatkan
ketegangan perdagangan antar negara yang mengalami defisit dengan egara yang
mengalami surplus, seperti yang ditunjukkan oleh hubungan perdagangan antara AS
dan China.
Perdagangan
Amerika Serikat Amerika Serikat telah mengalami defisit sejak tahun 1960.
Defisit perdagangan ini pada akhirnya memaksa AS untuk menghentikan standar
emas pada tahun 1971. Sejak tahun 1997 defisit perdagangan AS telah mengalami
peningkatan eksponensial.
Kali terakhir
AS mengalami surplus perdagangan adalah pada tahun 1975 lalu. Tercatat bahwa
pada bulan April lalu defisit perdagangan di AS mencapai angka 40.3 miliar
dolar AS. Defisit perdagangan di bulan April ini mengalami kenaikan
dibandingkan defisit perdagangan yang terjadi pada bulan Maret, yaitu hanya
sebesar 40.0 miliar dolar.
Defisit
perdagangan AS yang terbesar terjadi dengan China. Pada bulan April defisit
perdagangan AS dengan China mencapai angka 19.3 miliar dolar atau nyaris 50%
dari defisit perdagangan total AS.
a. Neraca Perdagangan Indonesia
Surplus Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) Tw.I-2010 meningkat signifikan yaitu sebesar US$6,6
miliar, lebih tinggi dibanding surplus triwulan sebelumnya sebesar US$4,0
miliar. Peningkatan tersebut ditopang oleh surplus pada transaksi berjalan
maupun transaksi modal dan finansial. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan
devisa pada akhir Tw.I-2010 meningkat menjadi US$71,8 miliar atau setara dengan
5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Perdagangan
Indonesia Membaik Setelah Sempat Terhantam Kondisi sektor perdagangan
internasional Indonesia tampak mengalami peningkatan yang cukup baik pada tahun
2010 ini. Surplus perdagangan Indonesia sempat mengalami hantaman serius pada
tahun 2008 lalu.
Seiring dengan
krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 tersebut perdagangan
internasional Indonesia mengalami penurunan tajam pada surplus perdagangan
total. Sejak tahun 2005 – 2007 perkembangan surplus perdagangan Indonesia
selalu positif. Dari posisi 27.9 miliar dolar di tahun 2005, pada tahun 2007
surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 39.6 miliar dolar AS. Akan tetapi
pada tahun 2008 surplus perdagangan tersebut anjlok hingga hanya sebesar 7.8
miliar dolar AS.
Di tahun 2009
terjadi peningkatan surplus dan membaik ke level 19.7 miliar dolar AS.
Sementara itu di tahun 2010 ini kembali terjadi peningkatan. Pada periode
Januari hingga April 2010 surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 8.8
miliar dolar, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun
2009, yaitu sebesar 7.2 miliar dolar.
b.
Pendapatan Nasional
Pendapatan
nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga
keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam
satu periode,biasanya selama satu tahun. Pendapatan nasional merupakan salah
satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
Konsep pendapatan
nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan
nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun,
pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut
pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam
perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur
kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product,
GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh
negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Berikut adalah
beberapa konsep pendapatan nasional:
1.
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk
domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk
juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing
yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang
dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya,
karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
2.
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional)
selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
3.
Produk Nasional Neto (NNP)
Produk
Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi
atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement
penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam
proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat
dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
4.
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan
Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak
tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah,
dll.
5.
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan
perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment).
Transfer
payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan
(pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi
(sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan
tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran
yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud
untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
6.
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan
yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap
untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini
diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
7.
Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
Selain
bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan
data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki
manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur
perekonomian nasional.
Data
pendapatan nasional dapat digunakan untuk
menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan
nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara
pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara
industri, Singapura termasuk negara yang
unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping
itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya
kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya
sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.
Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari
waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan
sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.
8. Tinjauan Umum Pasar Uang Internasional
Bisnis internasional dipermudah oleh
pasar keuangan internasional yang menyebabkan perdagangan valas dan aliran
modal berjalan lancar antarnegara. Bab ini akan menguraikan dampak
ketidaksempurnaan pasar, berbagai pasar keuangan internasional dan peranannya
dalam memperlancar bisnis internasional. Transaksi yang berasal dari bisnis
internasional menyebabkan uang mengalir dari satu negara ke negara lain.
Kajian Teori : Ekuilibrium di Pasar Uang
1. Fungsi permintaan uang agregat
Md=P x F(R,Y) atau Md/P=F(R,Y), dimana F(R,Y) adalah permintaan akan sejumlah
daya beli. Md/P merupakan sejumlah uang untuk membeli sekeranjang komoditi yang
dibutuhkan yaitu sama dengan jumlah daya beli likuid yang dibutuhkan oleh masyarakat
tersebut.
2. Fungsi penawaran uang Ms/P=F(R,Y). Ms diatur secara tetap oleh bank sentral, sedangkan pengaruhnya diabaikan.
3. Keseimbangan dipasar uang adalah
Md=Ms. Pasar selalu bergerak menuju suku bunga dimana penawaran uang riil jika
pada awalnya terjadi kelebihan penawaran uang. Suku bunga segera turun,
sedangkan pada awal terdapat kelebihan permintaan uang, suku bunga akan
meningkat.
4. Dampak Ketidaksempurnaan Pasar. Di
kebanyakan pasar keuangan domestik, kebutuhan akan dana pinjaman dan pembiayaan
disediakan oleh kreditor atau investor dalam negara yang sama. Pada suatu titik
ekstrem di mana transaksi internasional sama sekali dilarang, kreditor dan
investor akan dipaksa untuk menyalurkan dananya di dalam negeri. Pada titik
ekstrem yang lain, keberadaan pasar sempurna tanpa hambatan (termasuk tiadanya
biaya transaksi atau pajak) di pasar keuangan dan pasar kekayaan riil
(properti) akan menyebabkan kreditor dan investor melakukan transaksi dalam
suatu pasar tunggal dan terintegrasi. Dalam kondisi ekstrem semacam Ini, pasar
keuangan akan berintegrasi secara internasional sampai suatu tingkat di mana
tidak ada satu peluang pasar yang hanya khusus ada di suatu negara. Adanya
pasar kekayaan riil yang terintegrasi sempurna akan menyebabkan siklus ekonomi
di semua negara akan bergerak dalam arah yang sama.
Fakta menunjukkan bahwa konfigurasi dari pasar keuangan internasional berada di antara kedua titik ekstrem semacam itu. Beberapa rintangan menghambat pasar kekayaan riil dan finansial untuk menjadi terintegrasi secara penuh, seperti perbedaan pajak, bea masuk, kuota, ketidakleluasaan tenaga kerja untuk berpindah, perbedaan budaya, perbedaan laporan keuangan, dan biaya mentransfer informasi yang substansial antar negara. Meskipun demikian, rintangan-rintangan ini dapat pula menciptakan peluang yang unik bagi pasar tertentu sehingga menarik kreditor dan investor internasional. Sebagai contoh, rintangan seperti bea masuk, kuota, dan ketidakbebasan tenaga kerja untuk berpindah dapat mengakibatkan kondisi ekonomi suatu negara menjadi demikian berbeda dengan negara lain. Investor dan kreditor mungkin saja melakukan bisnis di negara tersebut untuk memanfaatkan kondisi unik tapi menguntungkan dari negara tersebut.
Motif Melakukan Investasi Internasional. Dengan konfigurasi pasar keuangan yang tidak sempurna, sekarang mari kita simak beberapa motif umum bagi investor dan kreditor untuk memasuki pasar keuangan internasional. Motif ini terbukti telah mendorong internasionalisasi pasar keuangan.
Motif Investor Melakukan Investasi di Pasar Internasional. investor biasanya mempunyai satu atau lebih motif-motif di bawah ini dalam melakukan investasi di pasar internasional :
1. Kondisi perekonomian:
Perusahaan-perusahaan di negara tertentu biasanya mengharapkan kinerja lebih
menguntungkan dengan beroperasi di negara lain. Misalnya, dilonggarkannya
hambatan-hambatan di negara-negara Eropa pada akhir dasawarsa 1980-an terbukti
menciptakan kondisi perekonomian yang menguntungkan bagi Jerman Barat, karena
konsumen di Jerman Timur diperbolehkan membeli lebih banyak produk dari Jerman
Barat. Kondisi semacam itu menarik minat investor asing dan kreditor untuk
membeli surat berharga di Jerman Barat.
Harapan terhadap kurs valas:Ø Kebanyakan investor membeli surat-surat berharga dalam mata uang yang nilainya diharapkan mengalami apresiasi terhadap mata uang negara si investor. Dari perspektif investor asing, kinerja investasi semacam itu amat tergantung dari pergerakan nilai mata uang.
Harapan terhadap kurs valas:Ø Kebanyakan investor membeli surat-surat berharga dalam mata uang yang nilainya diharapkan mengalami apresiasi terhadap mata uang negara si investor. Dari perspektif investor asing, kinerja investasi semacam itu amat tergantung dari pergerakan nilai mata uang.
DiversifikasiØ internasional: Investor besar kemungkinan memperoleh manfaat dari diversifikasi kekayaan portofolionya secara internasional. Bukti empiris menunjukkan bahwa pengurangan resiko dalam jumlah yang substansial dapat terjadi akibat diversifikasi internasional. Manfaat berupa pengurangan resiko dapat dijelaskan dengan perbedaan kondisi ekonomi antar negara, sehingga seluruh portofolio seorang investor tidak hanya semata-mata tergantung pada kondisi perekonomian suatu negara. Selain itu, akses terhadap pasar luar negeri juga memungkinkan investor untuk menanam modal pada lebih banyak kelompok industri yang mungkin tidak tersedia banyak di dalam negeri. Ini sering dialami oleh investor yang tinggal di negara yang perusahaan-perusahaannya relatif terkonsentrasi pada sejumlah kecil industri saja.
Motif Kreditor Menyediakan Kredit di Pasar Internasional
Kreditor biasanya mempunyai satu atau lebih
motif-motif di bawah ini dalam menyalurkan kredit di pasar internasional:
1. Tingginya suku bunga
internasional: Banyak negara mengalami kekurangan dana yang dapat dipinjamkan,
yang pada gilirannya menyebabkan suku bunga domestik relatif tinggi. Kondisi
semacam ini akan mendorong kreditor asing untuk berupaya memanfaatkannya dengan
menawarkan modal ke pasar negara tersebut. Suku bunga domestik yang tinggi
sering mencerminkan tingginya harapan inflasi di negara tersebut. Karena
inflasi dapat mengakibatkan depresiasi mata uang lokal terhadap mata uang lain,
tingginya suku bunga di negara tersebut mungkin saja ditutup dengan melemahnya
mata uang lokal selama periode tertentu. Kendati hubungan antara inflasi yang
diharapkan dan pergerakan mata uang domestik tidak selalu tepat (karena tentu
ada faktor lain yang mempengaruhi pergerakan nilai mata uang), para kreditor
yakin bahwa keuntungan suku bunga di suatu negara tidak akan hilang akibat
depresiasi mata uang lokal selama periode tertentu. Harapan terhadap kurs
valas: Kreditor biasanya mempertimbangkan untuk mensuplai modal kepada
negara-negara yang mata uangnya diharapkan mengalami apresiasi terhadap mata
uang negara si kreditor. Apa pun bentuk transaksi yang dilakukan berupa
obligasi atau pinjaman internasional, kreditor akan untung bila nilai mata uang
yang mendenominasi transaksinya menguat dibanding mata uang negara si kreditor.
Diversifikasi internasional: Para kreditor dapat memperoleh keuntungan dari diversifikasi internasional, yang mengurangi kemungkinan bangkrutnya peminjam pada saat yang bersamaan. Efektifitas dari strategi semacam ini tergantung dari korelasi kegiatan ekonomi antar negara. Diversifikasi antar negara akan kurang efektif bila negara yang bersangkutan cenderung mengalami siklus bisnis yang kurang lebih sama.
Motif Berburu Dana di Pasar Internasional. Sama seperti investor dan kreditor yang mempertimbangkan pasar keuangan internasional dalam mengalokasikan dananya, perusahaan dan pemerintah juga mempertimbangkan pasar keuangan Internasional sebagai salah satu sumber dananya. Peminjam biasanya mempunyai satu atau lebih beberapa motif berikut ini ketika meminjam dari pasar internasional:
1. Suku bunga rendah: Beberapa negara
mengalami kelebihan suplai dana dibanding permintaannya sehingga suku bunga
relatif rendah. Rendahnya suku bunga di pasar internasional akan menarik para
peminjam untuk berupaya meminjam dana dari para kreditor di negara tersebut.
Namun, suatu negara dengan suku bung? relatif rendah sering mengalami laju
inflasi yang rendah pula. Karena perbedaan inflasi semacam ini dapat
menimbulkan dorongan ke atas terhadap nilai mata uang asing, setiap manfaat
bagi peminjam dalam bentuk suku bunga yang rendah dapat dihilangkan dengan
menguatnya suatu mata uang. Nilai mata uang asing yang dipinjam ketika
dikonversi ke dalam mata uang lokal akan menjadi lebih rendah nilainya
dibanding ketika digunakan untuk membeli kembali mata uang asing tersebut untuk
membayar pinjaman. Kendati demikian, dalam praktik hubungan antara perbedaan
inflasi yang diharapkan dan pergeseran mata uang tidak selamanya sesuai dengan
“teori”. Akibatnya, banyak peminjam memilih meminjam dari pasar yang suku
bunganya rendah karena mereka tidak mengharapkan pergerakan mata uang akan
menuju arah yang tidak menguntungkan.
2. Harapan kurs valas: Peminjam, yangØ mengharapkan suatu kurs mata uang asing akan mengalami
depresiasi, kebanyakan mempertimbangkan untuk meminjam valuta asing tersebut
dan mengkonversinya ke dalam mata uang lokal. Tentunya para peminjam tersebut
juga mengharapkan kurs valas ketika dikonversi ke dalam mata uang lokal
melebihi kurs ketika membeli kembali valas tersebut untuk membayar pinjaman.
Di Indonesia, arus globalisasi dan gelombang deregulasi, secara simultan maupun terpisah, telah mempercepat integrasi sektor keuangan Indonesia dengan pasar uang dan modal internasional. Salah satu indikasi kuat mengenai hal Ini adalah meningkatnya kegiatan pinjaman offshore (“pinjaman lepas pantai” atau “pinjaman luar negeri”) yang dilakukan oleh badan-badan usaha Indonesia. Lonjakan tajam pinjaman offshore oleh badan usaha Indonesia terjadi pada tahun 1990, yang mencapai komitmen 5,6 miliar dolar AS. Boediono (1991) men-catat bahwa bank-bank pemerintah merupakan peminjam terbesar dibanding bank-bank swasta, LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) dan perusahaan non keuangan selama 1989-1990. Yang menarik, sejak krisis ekonomi merebak mulai Juli 1997, se-makin jelas bahwa konglomerat Indonesia bukan lagi merupakan aset nasional tetapi lebih menjadi utang nasional. Betapa tidak. Kajian Pusat data Bisnis Indonesia menunjukkan bahwa: (1) terdapat 10 debitur terbesar yang menyerap Rp. 51,9 triliun atau 39,7% total utang perbankan; (2) terdapat 100 grup di mana 80 grup di antaranya memiliki utang di alas Rp. 100 miliar, bahkan dari jumlah tersebut ada 31 grup konglomerat dengan utang di atas Rp 1 triliun (Sindhunata & Reni, 1998). Sebagai ilustrasi, Tabel 6.1. menyajikan rangkuman total pinjaman (loan) dan pinjaman dalam bentuk valas (loan in forex) dari 100 grup bisnis di Indonesia.
Comments
Post a Comment